Kilas Balik Instagram Live World Immunization Week 2022 di @imuni.id Day 5, 6, & 7

Bagikan Artikel

World Immunization Week (WIW) 2022 Day – 5

Semua Yang Perlu Anda Tahu Tentang Vaksinasi untuk Jemaah Umroh & Haji

Pandemi membuat banyak aktivitas publik terhambat termasuk keberangkatan jemaah haji dan umroh. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang mendapatkan vaksinasi covid-19 dan menurunnya jumlah penderita, pemerintah memulai kembali pelaksanaan rukun islam yang kelima ini. Imuni mengadakan tanya jawab dengan dr. Dirga Sakti Rambe, Sp.PD, M.Sc sebagai founder Imuni mengenai vaksinasi untuk jemaah umroh dan haji dengan tujuan memberikan kesadaran dan wawasan baru mengenai vaksinasi yang wajib dan direkomendasikan mengingat mulai meningkatnya kembali antusias jamaah untuk menunaikan ibadah.

Ibadah haji dan umroh merupakan salah satu peristiwa yang luar biasa, dimana dalam satu waktu sekian juta orang berkumpul di tempat yang sama dari berbagai negara dan dalam konteks kesehatan tentu peristiwa ini memudahkan penularan penyakit. Sehingga, siapapun yang akan berangkat ke Saudi Arabia diwajibkan untuk melakukan vaksinasi. Secara umum, ada vaksinasi yang wajib diberikan sesuai dengan aturan pemerintah, yaitu vaksinasi meningitis dan covid-19 serta vaksinasi yang direkomendasikan yaitu influenza dan pneumonia. 

Kekebalan yang terbentuk setelah vaksinasi membutuhkan waktu sekitar dua pekan setelah vaksinasi dan optimal setelah 4 pekan, sehingga bagi jemaah yang ingin berangkat sebaiknya melakukan vaksinasi jauh-jauh hari atau sesuai aturan yang berlaku paling lambat 10 hari sebelum keberangkatan. Kebanyakan peserta haji dan umroh adalah mereka yang berusia 50 tahun keatas yang merupakan kelompok usia lanjut yang rentan jatuh sakit, sehingga sangat penting terutama di masa pandemi untuk melengkapi vaksin lain selain meningitis, yaitu covid-19, PCV, dan influenza

Vaksin pertama yang direkomendasikan adalah vaksin influenza, harus dibedakan dengan batuk pilek biasa, karena gejala infeksi virus influenza jauh lebih berat terutama pada usia lanjut. Vaksin influenza ada 2 jenis, yaitu yang memberi proteksi pada 4 strain (kuadrivalen), dan pada 3 strain virus flu (trivalen). Tentunya, vaksin influenza kuadrivalen lebih unggul karena memberikan perlindungan yang lebih lengkap. Vaksin ini diberikan tiap 1 tahun sekali karena virus influenza sangat cepat bermutasi dengan catatan vaksin ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan alergi telur. 

Vaksin berikutnya adalah vaksin pneumonia untuk mencegah radang paru, untuk dewasa ada 2 jenis vaksin yang bisa diberikan yaitu PCV13 yang berisi 13 strain bakteri pneumokokus dan PPSV23 yang berisi 23 strain bakteri pneumokokus. Namun berbeda dengan PCV13 yang merupakan tipe vaksin konjugat, PPSV23 merupakan tipe polisakarida. Secara imunologi tipe vaksin konjugat lebih baik dibanding polisakarida, dan pada vaksin polisakarida ada batasan umur untuk pemberiannya. PPSV23 hanya bisa diberikan pada usia 19 tahun ke atas, sementara PCV13 untuk semua usia dan pemberiannya cukup satu kali seumur hidup. Dianjurkan untuk melakukan vaksinasi PCV13 kemudian 8 minggu kemudian dilengkapi dengan PPSV23. Selain itu, penting juga melengkapi vaksin covid-19 terutama lansia yang merupakan kelompok prioritas untuk mendapatkan vaksin ini.

Dr. Dirga juga menjelaskan sedikit banyak tentang penyakit meningitis, yang merupakan infeksi akibat bakteri pada selaput yang menutupi otak, infeksi ini bisa menyebar ke otak dan menyebabkan gejala seperti nyeri kepala hebat, koma hingga kematian. Di Indonesia penyebab tersering meningitis adalah bakteri tuberculosis sehingga vaksin meningitis tidak masuk ke dalam rekomendasi vaksin IDAI untuk anak, sedangkan penyebab tersering di negara Saudi Arabia adalah Neisseria Meningitidis sehingga jemaah haji dan umroh diwajibkan untuk mendapatkan vaksin meningitis. 

Saat ini di Indonesia ada dua sediaan vaksin meningitis, keduanya boleh digunakan untuk calon jemaah dan pemberiannya cukup satu dosis. Perbedaannya, yang satu merupakan jenis vaksin tipe polisakarida dan paling banyak dipakai di Indonesia karena harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan vaksin jenis satunya yaitu vaksin tipe konjugat. Selain itu, masa perlindungan vaksin polisakarida juga lebih singkat yaitu 2 tahun dibandingkan konjugat yang bisa bertahan sampai 5 tahun. Jadi, untuk keluarga Imuni yang rutin melakukan ibadah haji dan umroh sebaiknya menggunakan vaksin konjugat agar tidak perlu mengulang terlalu sering.

Sesuai peraturan yang berlaku, vaksinasi meningitis yang sudah dilakukan akan tercatat pada International certificate of vaccination (ICV) atau lebih dikenal sebagai buku kuning yang digunakan untuk “tiket” masuk jemaah haji dan umroh. Buku ini sudah memiliki barcode yang datanya dapat diakses secara internasional dan hanya bisa dikeluarkan oleh klinik yang terdaftar, termasuk Imuni. Selain vaksin meningitis, vaksin lain seperti covid-19, pneumonia dan influenza juga bisa dimasukan kedalam buku kuning.

Penyakit meningitis, influenza, pneumonia dan covid-19 sangat mudah menular melalui saluran napas, sehingga agar semakin terlindungi selain vaksinasi kita tetap harus melakukan protokol kesehatan dimanapun. Vaksinasi dirumah dengan Imuni memberikan rasa aman dan nyaman karena tidak perlu antri, jadi mari lengkapi vaksinasi secepatnya untuk melindungi diri, keluarga dan orang sekitar, sehingga saat ibadah kita akan merasa lebih aman, tenang dan pulang dalam kondisi sehat.

World Immunization Week (WIW) 2022 Day – 6

Semua Yang Perlu Anda Tahu Tentang Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang anak merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oleh Kedua Orang tua, sehingga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dapat diketahui lebih dini agar penanganannya bisa lebih cepat. Imuni mengadakan World Immunization Week (WIW) 2022 hari ke 6 yang akan membahas Semua yang perlu anda tahu tentang tumbuh kembang anak, dengan narasumber dr. Kurniawan Satria Denta, M, Sc, Sp. A.

Pertumbuhan anak adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, dapat diukur, dan terjadi secara fisik. Pertumbuhan dan perkembangan balita 1-5 tahun dapat dipantau melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan ukuran lainnya sesuai usia dengan standarisasi alat ukur tertentu. Pertumbuhan anak dapat diukur dari kecukupan nutrisi yang diberikan sehingga dapat terlihat dari pertambahan berat badan dan tinggi badan seorang anak. Sedangkan perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur (Skill) dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, misalnya si Kecil dapat berjalan atau berbicara.  Perkembangan anak yang dapat dinilai adalah kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan bersosialisasi, kemampuan bahasa dan kognitif, bisa diamati dari cara ia bermain, belajar, berbicara, dan bersikap sesuai usianya dan ada milestone yang harus dicapai sesuai usianya.

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, perbedaan ras, usia, genetik, dan kromosom. Sedangkan faktor eksternal tumbuh kembang anak meliputi keadaan lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi, dan stimulasi psikologis termasuk kasih sayang dengan orang tua dan interaksi orang tua dengan anak.

Nutrisi yang cukup sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, misalnya saat usia 0-6 bulan nutrisi yang dibutuhkan adalah ASI, mulai usia 6 bulan sudah ada tambahan Nutrisi dari Makanan Pendamping ASI (MPASI). MPASI secara umum diberikan di usia 6 bulan, pemberian mpasi dini di usia 4-5 bulan harus melalui saran dokter dan pemeriksaan khusus oleh dokter terkait kesiapan anak untuk memulai mpasi. Untuk membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak baik diberikan Nutrisi lengkap yang mencakup makronutrien dan mikronutrien mulai dari karbohidrat,  protein, protein nabati, dan lemak yang harus harus selalu ada dalam setiap porsi makan besar, terutama lemak untuk membantu meningkatkan berat badan anak. Lemak bisa bersumber dari (santan, minyak kelapa, minyak dari kulit ayam, mentega).

Gerakan Tutup Mulut (GTM)  adalah hal yang sangat sering dan biasa dialami oleh ibu-ibu tentang anaknya. Ada beberapa faktor yang membuat anak GTM yaitu kondisi anak tidak lapar, bosan dengan menu yang monoton, dan anak dalam keadaan sakit. Menurut Dr. Denta Sp.A Kondisi anak tidak lapar bisa dikarenakan anak terlalu sering diberikan cemilan sehingga anak konsisten dalam keadaan kenyang, ketika waktunya makan besar anak sudah tidak mau karena sudah kenyang dengan cemilan. Yang kedua keadaan bosan dengan menu yang monoton, dalam pemberian menu bisa mulai dengan berganti menu yang berbeda setiap hari, tekstur dan jenis makanan yang sesuai dengan  usia anak. Untuk mengatasi GTM kita harus liat status gizi anak sudah cukup atau belum, status tumbuh kembang anak dan sudah menetapkan feeding rules atau belum. 

Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh kronis. Ada dua faktor yang mempengaruhi anak menjadi stunting yaitu, tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dalam waktu yg lama, atau kondisi tubuh anak yang tidak bisa menyerap nutrisi dalam waktu yang lama. Contohnya  anak yang tidak melakukan vaksinasi PCV kemudian dia terinfeksi pneumonia yang berulang sehingga membuat tubuhnya tidak bisa menyerap nutrisi dalam waktu yang lama kemudian menyebabkan anak menjadi stunting, bukan hanya tubuh yang kecil, perkembangan otaknya pun terganggu. Berbeda dengan Stunting, ada Kondisi anak yang tidak gemuk walaupun diberikan makan yang cukup atau lebih, Kondisi tersebut bisa dialami oleh setiap anak apabila anak mengalami suatu penyakit tertentu contohnya  Tuberkulosis (TB), alergi atau sakit berulang yg membuat anak terhambat tumbuh kembangnya. kondisi tersebut bisa dipantau dari status gizi anak serta bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya. 

Dalam proses pertumbuhan anak akan mengalami Grow spurt yaitu, dimana kondisi anak mengalami pertumbuhan dengan cepat dalam waktu yang singkat, bisa terjadi sewaktu bayi ataupun masa remaja. Berbeda dengan obesitas. obesitas pada anak tidak hanya masalah nutrisinya yang harus kita jaga tapi juga masalah dari aktivitas kesehariannya, kondisi komorbid lainnya, kondisi penyakit lainnya seperti Diabetes dan gangguan hormon. Kondisi obesitas pada anak sebaiknya harus diperiksakan ke dokter agar ditangani lebih lanjut terkait diet dan panduan makanan yang diberikan untuk anak. 

Untuk anak yang lahir prematur pertumbuhan dan perkembangannya dapat mengikuti usia koreksi hingga usia 2 tahun, untuk pemberian vaksinasi tetap menyesuaikan dengan usia kronologis. Saat anak semakin besar akan semakin aktif dalam berkegiatan ataupun bermain, sehingga banyak ibu-ibu yang beranggapan bahwa anaknya hiperaktif. hiperaktif seorang anak tidak bisa kita tentukan sendiri , harus melalui evaluasi yang berulang dan di cek oleh ahlinya sampai dapat dipastikan seorang anak hiperaktif atau tidak, sehingga nantinya akan  ada penanganan-penanganan khusus yang diberikan.

Dalam perkembangan seorang anak kemampuan motorik akan lebih dulu terlihat dibanding kemampuan bahasa. Seperti Melakukan Tummy time pada bayi untuk melatih kemampuan motorik bayi, bagus untuk melatih core atau sumbu tubuh si anak agar lebih kuat, tummy time bisa dilakukan 10-15 menit tergantung kenyamanan si anak, apabila anak sudah menangis atau merasa tidak nyaman bisa dihentikan saja. Tummy time boleh dilakukan apabila anak sudah bisa tengkurap dan telentang. Stimulasi bermain dengan bayi, tummy time, membacakan buku sangat bermanfaat untuk anak. Membacakan anak buku walaupun masih bayi itu merupakan salah satu stimulasi bahasa, walaupun anak belum bisa bereaksi membalas tetapi mereka sudah bisa merekam kata per kata ke dalam memori mereka. Kegiatan baca membaca menjadi salah satu stimulasi untuk bayi bayi dibawah 1 tahun terutama untuk stimulasi perkembangan bahasa dan perkembangan sosial pada anak. 

World Immunization Week (WIW) 2022 Day – 7

Semua Yang Perlu Anda Tahu Tentang Kesehatan Mental Pada Anak Selama dan Setelah Pandemi

Di penghujung rangkaian World Immunization Week 2022, Imuni mengundang pembicara yang sangat menarik, yaitu dr. Andreas, SpKJ. Beliau adalah dokter spesialis kesehatan jiwa yang menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia. Dalam kesehariannya, dr Andreas biasa menangani masalah kejiwaan pada remaja dan dewasa muda, beliau juga aktif di media sosial untuk membahas “overthinking”. Pada kesempatan ini, dr Andreas akan berbagi tentang semua hal yang perlu anda tahu tentang ksehatan mental pada anak terutama di masa pandemi, yuk kita simak penjelasan dari beliau.

Kesehatan mental pada anak tidak bisa dipisahkan dengan kesehatan fisik, dan biasanya berhubungan dengan teman sebaya, pendidikan, aktivitas dan adaptasi terhadap lingkungan. Pada anak, attention span belum banyak dan panjang seperti orang dewasa, jadi sangat wajar bila dalam perjalanan jauh anak menjadi tidak nyaman dan bosan. Sebagai orangtua, ada baiknya sebelum melakukan sesuatu kita melakukan persiapan dengan memberitahu kepada anak apa yang akan dilakukan, kemudian apabila anak terlihat tidak nyaman dan bosan bisa dialihkan dengan bermain, bercerita maupun melibatkan si anak untuk melakukan aktivitas tertentu.

Pandemi saat ini membuat kegiatan belajar mengajar menjadi daring, sehingga kegiatan bersekolah dilakukan dirumah. Kegiatan sekolah merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan menurut anak, karena saat sekolah mereka bisa bertemu dan bermain bersama teman. Karena saat ini kegiatan sekolah dilakukan dari rumah, waktu anak bermain menjadi terpotong. Sebaiknya, kita bisa menggabungkan beberapa aktivitas untuk membuat anak tidak menjadi rewel selama sekolah daring dengan cara setiap istirahat atau selesai sekolah, kita bisa menghabiskan waktu dengan anak untuk bermain atau melakukan aktivitas diluar rumah.

Ada satu hal yang wajib kita ketahui, bahwa tugas seorang anak hanya bermain dan belajar. Di masa pandemi, kekhawatiran orang tua kepada anak sangat wajar, apabila anak ingin bermain bersama teman-temannya bisa dibantu dengan menemani anak saat bermain dan memastikan teman-temannya  dalam keadaan sehat. 

Stress atau burnout biasa terjadi pada orang dewasa, sebelumnya harus kita bedakan terlebih dahulu. Stress dan burnout merupakan suatu kondisi perasaan. Dua hal tersebut mungkin saja terjadi pada anak-anak, seperti contohnya  anak menghindari sekolah (school refusal), anak sudah tidak ada motivasi atau tidak semangat untuk sekolah. Berbeda dengan anak yang mengalami depresi gejala yang muncul akan seperti gangguan perilaku marah, merusak barang, tidak ingin bermain seperti biasa nya, hal tersebut sudah merupakan pertanda bahwa anak membutuhkan penanganan lebih lanjut. 

Pola asuh orangtua terhadap anak bisa berbeda-beda. Setiap Anak memiliki tugas dan perkembangannya masing-masing. Menurut teori psikososial pada usia 0-1 tahun tugas mereka untuk percaya dan tidak percaya terhadap orang lain.  sebaiknya pada fase ini anak mendapatkan perhatian yang konstan sehingga anak bisa merasa aman dengan orang yang biasa berada disekitarnya. Pada fase sekitar usia 3-5 thn anak masuk kedalam fase inisiatif atau mencoba melakukan sesuatu, pada fase ini banyak yang akhirnya dilarang oleh orang tua untuk melakukan sesuatu, fase seperti ini anak menjadi orang yg ragu karena terlalu sering dilarang, biarkan anak untuk mengeksplor banyak hal baru dengan pendampingan. Usia 5 tahun keatas anak akan menjadi lebih egosentrisme yaitu semua yang terjadi di dunia pusatnya pada dirinya sendiri, pada usia ini apabila anak mengalami suatu kejadian besar atau trauma dalam dirinya efeknya adalah anak akan menyalahkan dirinya sendiri. 

Semakin besar anak lingkungannya pun akan berubah, yang biasanya sewaktu kecil selalu menghabiskan waktu dengan keluarga, semakin dewasa anak akan menghabiskan waktu dengan teman. Anak bukan versi kecil dari orang dewasa. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendekatkan diri terhadap anak yang sudah remaja atau dewasa apabila mereka melakukan sesuatu yang tidak baik adalah dengan cara mendengarkan cerita mereka serta memvalidasi perasaannya bukan perbuatan tidak baiknya. Kemudian tidak membandingkan anak satu dengan yang lainnya yang membuat mereka menjadi menutup diri untuk bercerita. Sebagai orangtua ada baiknya kita  bersikap seolah menjadi kawan bukan lawan sehingga anak menjadi lebih terbuka dan tidak menutup diri. 

Tugas orang tua kepada anak adalah mencontohkan serta mengajarkan hal-hal baik yang dapat ditiru atau diikuti oleh anak. Sebagai orang tua wajib untuk kita mengajarkan dan mencontohkan kepada anak kita tentang pikiran, perasaan serta perilaku yang baik sebagai bekal untuk anak-anak ketika dewasa. Memposisikan diri menjadi seorang anak dan mendengarkan cerita mereka serta memvalidasi perasaan mereka merupakan suatu kunci dari keberhasilan komunikasi antara orang tua dan anak.

Disusun oleh:

dr. Oktaviani Dewi Ratih (Dokter Konsultan Vaksinasi @imuni.id)

dr. Soraya Haji Muhamad (Dokter Konsultan Vaksinasi @imuni.id)

Bagikan Artikel

Artikel Terbaru Lainnya

Oktober 2021

Jumlah Vaksinasi
50.000
Jumlah Dokter
66

Area Layanan

Jenis Layanan

Agustus 2021

Jumlah Vaksinasi
38.000
Jumlah Dokter
58

Area Layanan

Jenis Layanan

Juni 2021

Jumlah Vaksinasi
21.000
Jumlah Dokter
39

Area Layanan

Jenis Layanan

April 2021

Jumlah Vaksinasi
16.000
Jumlah Dokter
38

Area Layanan

Jenis Layanan

Maret 2021

Jumlah Vaksinasi
14.000
Jumlah Dokter
34

Area Layanan

Jenis Layanan

Desember 2020

Jumlah Vaksinasi
8.000
Jumlah Dokter
29

Area Layanan

Jenis Layanan

November 2020

Jumlah Vaksinasi
5.000
Jumlah Dokter
27

Area Layanan

Jenis Layanan

September 2020

Jumlah Vaksinasi
500
Jumlah Dokter
21

Area Layanan

Jenis Layanan

Agustus 2020

Jumlah Vaksinasi
100
Jumlah Dokter
14

Area Layanan

Jenis Layanan