World Immunization Week (WIW) 2022 Day – 3
Semua Yang Perlu Anda Tahu Tentang Vaksinasi untuk Premarital
Pada minggu terakhir dibulan April, setiap tahunnya WHO mengadakan World Immunization Week, tahun ini tema yang diusung adalah “long live for all”. Imuni turut serta memberikan informasi mengenai pentingnya vaksinasi untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan keluarga Imuni. Di hari ketiga WIW 2022, Imuni membahas tentang vaksinasi untuk premarital dengan narasumber dr Linda Levina, beliau adalah chief medical officer Imuni dan juga sudah berpengalaman melakukan pelayanan vaksinasi di klinik Imuni.
Vaksinasi untuk premarital adalah upaya pencegahan penyakit dengan vaksinasi yang diberikan sebelum menikah, banyak sekali pasangan yang suka melewatkan hal penting ini, biasanya karena sibuk untuk mempersiapkan banyak hal menjelang pernikahan sampai vaksinasi terlewatkan. Padahal vaksinasi sebelum menikah ini mempunyai tujuan yang sangat baik dan bermanfaat untuk menciptakan kehidupan pernikahan yang sehat, apalagi untuk wanita yang nantinya akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan pasti kedua pasangan juga mengharapkan kelahiran anak yang sehat dan sempurna tanpa ada kecacatan. Pasangan yang sudah menikah tentunya berisiko mengalami penyakit menular seksual. Salah satu tujuan vaksinasi premarital adalah untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Vaksin premarital sering dikaitkan dengan vaksin HPV, vaksin ini mencegah infeksi Human Papiloma Virus (HPV) yang ditularkan lewat hubungan seksual terutama HPV tipe 16 dan 18 yang paling sering menjadi penyebab kanker serviks pada wanita yang merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin HPV juga bisa diberikan untuk laki-laki, karena HPV tipe 6 dan 11 dapat menyebabkan kutil kelamin, kanker penis, kanker anus bahkan kanker di tenggorokan.
Vaksin HPV yang tersedia di Indonesia saat ini yaitu vaksin HPV kuadrivalen dan bivalen, perbedaannya pada jumlah perlindungan terhadap tipe virusnya. HPV kuadrivalen memberikan perlindungan terhadap empat tipe HPV yaitu 6, 11, 16 dan 18 sedangkan HPV bivalen melindungi dari dua tipe HPV yaitu 16 dan 18. Pemberian vaksin HPV untuk wanita direkomendasikan dari usia 9-55 tahun, namun ada sedikit perbedaan pemberian dosisnya, untuk usia 9-14 tahun cukup diberikan dua kali dengan jeda minimal 6 bulan, untuk usia 15-55 tahun diberikan 3 kali yaitu hari ini, 2 bulan kemudian, lalu 6 bulan dari dosis pertama. Untuk laki-laki direkomendasikan di usia 13-26 tahun, pemberiannya 3 kali dengan jeda yang sama dan menggunakan vaksin HPV tipe kuadrivalen. Vaksin HPV bisa diberikan meskipun sedang menstruasi, apabila pemberian vaksinasi tertunda karena kehamilan maka dosis berikutnya bisa segera diberikan setelah melahirkan, tanpa harus mengulang dari dosis pertama.
Pemberian vaksinasi HPV pada anak usia sekolah kelas 5 dan 6 SD bertujuan agar saat dewasa dan aktif secara seksual sudah mendapatkan perlindungan sebelum terpapar HPV. Bagaimana dengan usia diatas 55 tahun? Vaksin HPV masih bisa diberikan dan tidak memberikan efek samping yang berbahaya, namun pemberian vaksin juga sebaiknya mempertimbangkan manfaat dan efektivitasnya. Bila ragu, bisa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Selain vaksinasi, wanita yang sudah aktif secara seksual juga dianjurkan untuk melakukan pap smear secara rutin untuk deteksi dini kanker serviks, terutama yang memiliki riwayat kanker serviks di keluarga.
Vaksin berikutnya adalah vaksin tetanus, ada beberapa jenis vaksin yang mengandung tetanus misalnya, TT, Td, TdaP, ada sedikit perbedaan tapi tujuannya sama yaitu untuk mencegah infeksi tetanus, difteri dan pertusis. Pada dasarnya vaksinasi tetanus dapat diulang tiap 10 tahun sekali, apabila terlewat maka vaksinasi bisa tetap diberikan. Vaksin ini direkomendasikan untuk semua ibu hamil di usia kehamilan 27-36 minggu di setiap kehamilannya untuk mencegah masuknya bakteri tetanus lewat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril atau ketika dilakukan episiotomi untuk membantu pembukaan jalan lahir pada persalinan normal dengan menggunakan alat tidak steril. Tidak hanya menginfeksi ibu, bakteri ini juga bisa langsung menginfeksi bayi yang baru saja lahir, dan menyebabkan tetanus neonatorum. Manfaat pemberian vaksin TdaP pada ibu hamil adalah ibu bisa memberikan antibodi ke bayi yang yang baru lahir (imunisasi pasif), karena pemberian vaksin DPT pada bayi baru dimulai di usia 2 bulan.
Vaksin berikutnya yang tidak kalah penting adalah vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella), vaksinasi ini disarankan terutama untuk yang akan mempersiapkan kehamilan, bahayanya terinfeksi campak, gondongan atau campak Jerman (rubella) pada trimester 1 kehamilan adalah bisa menyebabkan kecacatan seperti tuli, katarak, gangguan jantung bahkan kematian pada janin yang kita kenal dengan Congenital Rubella Syndrome (CRS). Vaksin MMR ini diberikan dua kali dengan jeda minimal 4 minggu, yang perlu diperhatikan adalah vaksin ini adalah jenis vaksin hidup, sehingga tidak boleh diberikan pada ibu hamil, karena masih ada resiko bisa menginfeksi janin meskipun kasusnya sangat sedikit sekali. Sebaiknya rencana kehamilan ditunda sampai 4 minggu setelah dosis terakhir MMR. Karena antibodi yang terbentuk baru mulai aktif di hari ke-14 dan sempurna di dalam satu bulan setelah dosis lengkap. Sehingga, vaksinasi premarital sebaiknya dipersiapkan jauh-jauh hari untuk kedua pasangan.
Selain HPV, laki-laki juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin Hepatitis B, MMR dan Tdap. Semua vaksinasi bisa diberikan untuk wanita dan pria, namun vaksinasi memang lebih ditujukan kepada wanita, karena wanita yang akan melewati proses kehamilan dan persalinan. Namun infeksi menular seksual bisa juga ditularkan oleh pasangan laki-laki, sehingga vaksinasi wajib dilakukan oleh kedua pasangan.
Vaksin premarital bisa diberikan sebaiknya 7 bulan sebelum pernikahan dengan tujuan vaksinasi bisa selesai sebelum rencana kehamilan dan antibodi yang terbentuk sudah optimal, bisa dimulai dengan vaksin HPV dan hepatitis B yang pemberian dosis lengkapnya membutuhkan waktu 6 bulan. Pemberian vaksinasi bisa diberikan secara simultan, misalnya HPV dan MMR diberikan dihari yang sama dengan tujuan mendapatkan perlindungan lebih cepat sesuai jadwal dan mengurangi jumlah kunjungan. Efek samping vaksinasi juga sangat ringan bahkan tidak muncul sama sekali tergantung respon tubuh seseorang. Efek samping ringan seperti demam atau nyeri didaerah suntikan biasanya akan hilang satu sampai dua hari. Vaksinasi premarital bisa diberikan meskipun sudah menikah, karena penularan penyakit bisa terjadi melalui hubungan seksual apalagi pada pasangan dengan faktor risiko misalnya tidak menggunakan pengaman (kontrasepsi) dan memiliki riwayat berganti-ganti pasangan.
Bagaimana bila sebelumnya saya pernah menderita campak apakah boleh vaksin MMR? Vaksinasi tetap aman diberikan meskipun sudah pernah menderita campak, karena vaksin MMR juga mencegah gondongan dan campak Jerman. Selain vaksinasi HPV, MMR dan TdaP banyak juga penyakit lain yang bisa menginfeksi ibu hamil dan ditularkan ke janin melalui plasenta, misalnya infeksi hepatitis B dan influenza yang bisa menyebabkan bayi lahir prematur sampai keguguran. Sehingga, apabila ada penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi sebaiknya lakukan vaksinasi segera agar kehamilan sehat, anak yang lahir sempurna dan tercipta kehidupan keluarga yang bahagia.
World Immunization Week (WIW) 2022 Day – 4
Semua Yang Perlu Anda Tahu Tentang Vaksinasi untuk Usia Lanjut
Di hari keempat dalam rangka World Immunization Week 2022, Imuni membahas semua yang perlu anda tahu tentang vaksinasi untuk usia lanjut, dengan narasumber dr. Linda Levina yang merupakan chief medical officer Imuni. Berikut penjelasan lebih lengkap dari beliau.
Usia lanjut di Indonesia ditetapkan bagi penduduk yang sudah berumur 60 tahun atau lebih. Seiring bertambahnya usia imunitas tubuh akan semakin menurun sehingga lebih rentan jatuh sakit. Banyak penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, karena pada lansia gejalanya bisa lebih berat sampai memerlukan perawatan intensif di rumah sakit dan menyebabkan kematian. Jadi, sangat penting untuk kelompok usia lanjut untuk diberikan proteksi yang maksimal dengan vaksinasi, karena vaksinasi merupakan cara yang paling aman, mudah dan efektif untuk mencegah dan melindungi kita dari penyakit.
Vaksinasi yang direkomendasikan untuk usia lanjut ada tiga, yaitu vaksin influenza, pneumonia dan zoster. Vaksin influenza mencegah infeksi virus influenza tipe A dan B, vaksin ini ada dua jenis, yaitu yang memberi proteksi pada 4 strain (kuadrivalen), dan pada 3 strain virus flu (trivalen). Tentunya, vaksin influenza kuadrivalen lebih unggul karena memberikan perlindungan yang lebih lengkap. Vaksin ini diberikan tiap 1 tahun sekali karena virus influenza sangat cepat bermutasi dengan catatan vaksin ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan alergi telur.
Selanjutnya ada vaksin pneumonia untuk mencegah radang paru, untuk dewasa ada 2 jenis vaksin yang bisa diberikan yaitu PCV13 yang berisi 13 strain bakteri pneumokokus dan PPSV23 yang berisi 23 strain bakteri pneumokokus. Namun berbeda dengan PCV13 yang merupakan tipe vaksin konjugat, PPSV23 merupakan tipe polisakarida. Secara imunologi tipe vaksin konjugat lebih baik dibanding polisakarida, dan pada vaksin polisakarida ada batasan umur untuk pemberiannya. PPSV23 hanya bisa diberikan pada usia 19 tahun ke atas, sementara PCV13 untuk semua usia. Apabila belum pernah vaksin Pneumokokus (PCV/PPSV), disarankan PCV13 dahulu, 8 minggu kemudian baru bisa diberikan PPSV23. Bila sudah PPSV23 dan ingin melengkapi dengan PCV13, diberi jarak 1 tahun.
Kemudian, ada vaksin zoster untuk mencegah herpes zoster (cacar ular) yang terjadi dari aktifnya kembali virus varicella zoster penyebab cacar air saat usia muda. Sampai saat ini, vaksin zoster belum tersedia di Indonesia, namun memang sudah direkomendasikan untuk usia lanjut. Di masa pandemi ini, dimana lansia merupakan kelompok prioritas juga sangat dianjurkan untuk segera melengkapi vaksinasi covid-19.
Lalu bagaimana vaksinasi pada lanjut usia dengan penyakit penyerta? Vaksinasi aman dan boleh dilakukan, dengan catatan penyakit penyerta seperti sudah terkontrol. Kemudian, obat-obatan rutin juga boleh tetap dilanjutkan seperti biasa. Penyakit ini juga bisa memperberat gejala pada usia lanjut apabila jatuh sakit, sehingga vaksinasi sangat direkomendasikan. Kondisi tubuh usia lanjut menyulitkan mobilitas untuk mengakses fasilitas kesehatan, Imuni memberikan layanan vaksinasi dirumah yang pastinya memberikan kemudahan untuk keluarga imuni mendapatkan vaksinasi dengan nyaman, tanpa harus antri.
Penulis: dr. Oktaviani Dewi Ratih (Dokter Konsultan Vaksinasi @imuni.id)